Cerita Rakyat Melayu, Hang Tuah Bahagian II


Cerita Rakyat Melayu Riau, Hang Tuah - Sepeninggal Hang Tuah, Hang Jebat lupa diri dan menjadi mabuk kekuasaan. Ia bertindak sewenang-wenang. Jebat juga sering bertindak tidak sopan terhadap para pembesar kerajaan dan dayang-dayang. Banyak orang telah menasihatinya. Namun, Hang Jebat tetap keras kepala tidak mau berubah. Baginda Raja menjadi gusar melihat kelakuan Hang Jebat. Tak seorangpun prajurit yang mampu mengalahkan Hang Jebat. Baginda lalu teringat kepada Hang Tuah. Tuan Bendahara memberitahu kepada Baginda Raja bahwa sebenarnya Hang Tuah masih hidup dan mengungsi ke Hulu Melaka. Atas informasi itu Baginda Raja meminta Hang Tuah kembali ke Melaka.

Hang Tuah menghadap Baginda Raja dan menyatakan kesiapannya melawan Hang Jebat. Hang Tuah kemudian diberi keris Purung Sari. Terjadi pertempuran yang sangat hebat antara dua sahabat yang sangat setia dan yang mendurhaka. Suatu ketika Hang Tuah berhasil merebut keris Taming Sari dan dengan keris itu Hang Tuah dapat mengalahkan Hang jebat. Ia mati di pangkuan Hang Tuah. Setelah itu Hang Tuah kembali diangkat sebagai Laksamana Melaka dan Melaka kembali tentram.

Laksamana Hang Tuah sering melawat ke luar negeri hingga ke negeri Judah dan Rum untuk memperluas pengaruh kerajaan Melaka di seluruh dunia. Suatu hari Baginda Raja mengirim utusan dagang ke Kerajaan Bijaya Nagaram di India yang dipimpin oleh Hang Tuah.

Setelah sampai di India, rombongan melanjutkan pelayaran ke negeri Cina. Di pelabuhan Cina rombongan Hang Tuah berselisih dengan orang-orang Portugis karena mereka sangat sombong tidak terima Hang Tuah melabuhkan kapalnya di samping kapal Porugis. Setelah menghadap Raja Cina, rombongan Hang Tuah kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Melaka. Di tengah perjalanan mereka diserang oleh perahu-perahu Portugis. Hang Tuah mampu mengatasi serangan mereka. Kapten dan seorang perwira Portugis melarikan diri ke Manila, Filipina. Rombongan Hang Tuah akhirnya tiba di Melaka dengan selamat.

Suatu hari raja Melaka beserta keluarganya berwisata ke Singapura diiringi Laksaman Hang Tuah dan Bendahara Paduka Raja dengan berbagai perahu kebesaran. Ketika sampai di Selat Singapura Raja Syah Alam melihat seekor ikan bersisik emas bermatakan mutu manikam di sekitar perahu Syah Alam. ketika menengok ke permukaan air, mahkota Raja terjatuh ke dalam laut.

Hang Tuah langsung menyelam ke dasar laut sambil menghunus keris Taming Sari untuk mengambil mahkota tersebut. Ia berhasil mengambil mahkota itu tetapi ketika hampir tiba di perahu seekor buaya putih besar menyambarnya sehingga mahkota beserta kerisnya terjatuh lagi ke laut. Hang Tuah kembali menyelam ke dasar lautan mengejar buaya tersebut. Tetapi ternyata mahkota beserta kerisnya tetap tidak ditemukan. Sejak kehilangan mahkota dan keris Taming Sari, Raja dan Hang Tuah menjadi pemurung dan sering sakit-sakitan.

Sementara itu, Gubernur Portugis di Manila sangat marah mendengar laporan kekalahan dan perwiranya yang berhasil melarikan diri. Setelah beberapa bulan melakukan persiapan, angkatan perang Portugis berangkat menuju Selat Melaka. Di tempat ini mereka memulai serangan terhadap Melaka yang menyebabkan banyak prajurit Melaka kewalahan. Pada saat itu Hang Tuah sedang sakit keras.

Baginda Raja memerintahkan Tuan Bendahara utnuk meminta bantuan Hang Tuah. Meski sakit, Hang Tuah tetap bersedia ikut memimpin pasukan melawan Portugis. Kata Hang Tuah kepada Baginda Raja " Apa yang kita tunggu? Kita harus secepatnya mengusir mereka dari sini"

Dengan keteguhannya Hang Tuah masih mampu menyerang musuh, baik dengan pedang maupun meriam. Namun sebuah peluru mesiu Portugis berhasi menghantam Hang Tuah. Ia terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh di laut. Hang Tuah berhasil diselamatkan dan kemudian dibawa dengan perahu Mendam Birahi kembali ke Melaka. Seluruh perahu petinggi dan pasukan Melaka juga kembali ke kerajaan. Demikian pula halnya pasukan Portugis  kembali ke Manila karena banyak pemimpinnya yang terluka. Peperangan berakhir tanpa ada yang menang dan kalah.

Setelah sembuh Hang Tuah tidak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka karena sudah semakin tua. Ia menjalani hidup dengan menyepi di puncak bukit Jugara di Melaka. Baginda Raja juga sudah tidak lagi memimpin. Ia digantikan oleh anaknya Putri Gunung Ledang.

Demikianlah Cerita rakyat Melayu, Hang Tuah yang sampai hari ini masih kita ingat dan nama Hang Tuah dipatri untuk mengingat jasa beliau.