Joko Baru - Cerita Rakyat dari Jawa Timur


Cerita rakyat dari Jawa Timur Indonesia – daerah bagian timur pulau jawa ini ternyata memiliki cerita rakyat Nusantara yang terbilang banyak. Salah satu contohnya adalah cerita rakyat berjudul Joko Baru yang merupakan cerita rakyat Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Kisah Joko Baru ini banyak di sadur dalam buku dan menjadi salah satu pelajaran sejarah rakyat Jawa Timur. Hal ini semakin menjadikan generasi pemuda masa kini tetap mengingat atau mengetahui cerita rakyat pada zaman dahulu dan bisa dijadikan teladan. Berikut ini adalah kisah Joko Baru yang berasal dari Jawa Timur.


Adipati Betak dikenal sebagai seorang adipati yang sangat melindungi dan memperhatikan kebutuhan rakyat. Daerah wilayah kadipaten saat itu sudah sangat padat dengan perkembangan penduduk yang semakin hari semakin banyak. Melihat hal ini Adipati Betak bermaksud untuk memperluas wilayah kekuasaanya. Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan dia melihat sebidang rawa-rawa yang sangat luas. Terfikirlah dalam benak kanjeng adipati untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tinggal yang baru bagi rakyatnya.


Maka dipanggillah orang-orang yang ahli di kadipaten untuk mengeringkan rawa-rawa tersebut. Namun ternyata hal itu tidaklah mudah. Rawa-rawa itu terus mengeluarkan air yang tiada habisnya. Adipati Betak menjadi risau dan akhirnya memutuskan untuk mengadakan sayembara yaitu siapa yang dapat mengeringkan rawa tersebut akan dijadikan patih kadipaten. Setelah tersiar sayembara itu maka berbondong-bondonglah orang dari berbagai daerah untuk mengikuti sayembara tersebut. Sudah banyak yang mengikutinya namun ternyata air rawa tersebut tidak kunjung kering. Air rawa itu tetap keluar walaupun sudah berusaha untuk di keringkan. Melihat kejadian ini Adipati Betak menjadi putus asa.


Jauh dari wilayah kadipaten Betak tinggallah seorang pemuda yang bernama Joko Baru. Dia tinggal di daerah lereng Gunung Wilis. Joko Baru adalah pemuda sederhana yang ingin mengikuti sayembara tersebut. Tujuannya adalah untuk menolong kanjeng Adipati agar tempat itu bisa menjadi wilayah baru pemukiman rakyat. Namun Joko Baru belum menemukan cara untuk dapat mengeringkan rawa-rawa tersebut. Berhari-hari dia memikirkan caranya namun tak jua di temui. Kemudian Joko Baru mendatangi ayahnya Ki Ageng Mangir, orang yang di segani di lereng Gunung Wilis.


Di hadapan sang ayah Joko Baru mengutarakan maksudnya untuk mengikuti sayembara itu berikut tujuannya. Mendengar penuturan anaknya sang ayah merasa senang karena niat mulia Joko Baru. Ki Ageng Mangir lalu memberikan petunjuk kepada Joko Baru yaitu, selama di perjalanan menuju Kadipaten Betak Joko baru harus mencari pohon aren untuk diambil ijuknya segenggam lalu sebatang lidi. Ketika sampai ke rawa-rawa tersebut Ki Ageng menyuruh Joko Baru untuk menyumbat sumber air rawa dengan ijuk dan menancapkan lidinya tepat di samping ijuk.


Setelah mendapat petunjuk dari ayahnya, Joko Baru berangkat menujur Kadipaten Betak. Sesampainya di kadipaten, Joko Baru di sambut langsung oleh kanjeng Adipati. Di hadapan adipati Betak Joko Baru menyampaikan maksudnya untuk mengikuti sayembara tersebut. Mulanya Adipati Betak merasa tidak yakin namun melihat ketulusan Joko Baru akhirnya Adipati Betak mengijinkannya untuk mengikuti sayembara itu. Joko Baru mendatangi rawa-rawa yang luas itu lalu segera mencari sumber air rawa.


Setelah memohon kepada Tuhan Joko Baru mencari sumber air rawa. Setelah di temuinya segera Joko Baru menutupnya dengan segenggam ijuk yang di ambilnya dari sebatang pohon aren yang di jumpainya di puncak gunung. Sesaat setelah ijuk tersebut di sumbat ke dalam sumber air lantas Joko Baru menancapkan sebatang lidi aren di samping ijuk. Ajaib, dalam sekejap saja sumber air itu tidak
keluar lalu air rawa seolah tersedot ke dalam lidi dan lama kelamaan rawa tersebut menjadi kering.


Melihat rawa yang mengering Adipati Betak sangat senang dan memeluk Joko Baru sambil mengucapkan banyak terima kasih. Kemudian wilayah tersebut dijadikan pemukiman baru bagi rakyatnya dan diberi nama Tulung Agung. Tidak lama kemudian Adipati Betak memindahkan ibukota Kadipaten ke Tulung Agung. Adipati Betak juga tidak mengingkari janjinya, dia mengangkat Joko Baru sebagai patih kadipaden dan memerintah wilayah tersebut dengan bijaksana.


Itulah cerita rakyat Nusantara dari Jawa Timur tentang Joko Baru.