Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan - Cerita Layang

Driau.com - Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan - Cerita Layang

Indonesia yang  memiliki banyak suku bangsa tentu banyak memiliki cerita rakyat di dalamnya. Salah satunya adalah Cerita Layang dari Sumatera Selatan. Kisah cerita rakyat ini di kutip dari 366 Cerita Rakyat Nusantara yang semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang kisah-kisah pada zaman dahulu.

kode singkatan

Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan - Cerita Layang
Tersebutlah sebuah kisah dua orang hulubalang kakak beradik yang tersohor. Mereka bernama Ratu tunggak Rantau Sawangan Ramas Tanduan dan adiknya Cerita Layang. Ratu Tunggak Rantau mempunyai tiga orang anak, yaitu Itam Manis, Sindrian Dewa, dan bungsu bernama Dewa Pasindiran. Ratu memerintah Tanjung Landan dengan adil, rakyatnya hidup damai dan saling menolong. Sedangkan Cerita Layang sejak berumur sepuluh tahun ,meninggalkan negerinya tanpa meninggalkan pesan dan tak ada kabar beritanya.

Suatu hari ketika Cerita Layang sedang duduk di tepi laut Ujung Tanjung di Pulau Rencong, terlihat olehnya Pangeran Cilibumi Aceh berlayar menuju ke hulu ketahuan untuk menagih hutang. Kabarnya Pangeran Cili selalu menabur racun bila orang yang berhutang tidak mau membayar hutangnya. Melihat gelagat tersebut Cerita Layang mencegat laju Pangeran Cili.

“Pangeran Cili sebaiknya kau urungkan niat jahatmu itu. Kau terlalu tamak terhadap harta benda. Sebaiknya kau berikan saja sebagian kepadaku” kata Cerita Layang.

“Cerita Layang, sebelum nyawaku disambar angin, semuanya tetap kupertahankan “ jawab Pangeran Cili. Maka terjadi pertarungan sengit yang berlangsung hingga lima belas hari lima belas malam. Namun akhirnya, Cerita Layang dapat memenangkan pertarungan. Pangeran Cili mengaku kalah dan menyerahkan tujuh buah gedung di kolam hulu, bermacam mata uang ringgit, tujuh gedung di kampong hilir penuh harta benda, emas dua puluh satu karung, dan seperiuk intan. Selanjutnya, Cerita layang meneruskan berkelana.

Saat Cerita Layang sedang duduk di ujung Pulau, tampak tiga rejung berisi harta benda dan berbagai perabotan berukiran indah. Yang mengejutkan ada dua orang anak kecil yang kelihatannya ditawan oleh dua orang bernama Malim Kumat dan Malim Pantap. Harta benda dan perabotan itu adalah hasil penagihan hutang kepada Ratu Tunggak. Sebelum berkeluarga, Ratu Tunggak rupanya dulu suka berjudi. Kabarnya setelah diambil semua hartanya, kehidupan Ratu Tunggak meneyedihkan, rakyat Tanjung Landan menjadi tidak tenteram dan sering terjadi bentrok antarwarga.

Walau penghulu Rantau, aku sengaja mencegatmu. Tampak olehku kalian telah berbuat tidak baik. Sebaiknya kau lepaskan kedua anak itu. Kata Cerita Layang kepada Malim Kumat dan Malim Pantap. Namun kedua penghulu rantau tersebut tak mau menyerahkan kedua naka tersebut, sehingga terjadilah pertarungan seru antara mereka. Sedangkan kedua anak yang terikat di batang pohon, Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran, dapat meloloskan diri dan segera melarikan diri masuk ke dalam hutan. Namun di suatu tempat  Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran sepakat berpisah untuk mengadu nasib sendiri-sendiri.

Sindiran Dewa sampai di Muara Bengkulu dan menetap di sana, bahkan diaku anak oleh Hulubalang Anak Dalam Wirodiwongso. Suatu hari ia mendengar bahwa negeri Tanjung Landan sudah rusak diserang Pangeran Cili. Kakaknya, Itam Manis dan ibunya Ratu Tunggak di tawan. Ratu Agung suami Ratu Tunggak diikat di alang balai. Segera ia pergi menuju bumi Aceh dengan memakai rejung yang berlayang dengan sangat cepat.


Sesampai di rumah Pangeran Cili ia menyelinap masuk dan segera melarikan Itam Manis dan ibunya dan membawanya ke rejung di tepi pantai. Ketika kembali ke darat  ia sudah dihadang oleh Pangeran Cili dengan wajah marah “Wahai Pemuda, siapakah kau ini?” kata Pangeran Cili.

“Pangeran Cili sungguh jahat perbuatanmu. Aku akan bertarung melawanmu. Ketahuilah aku anak Ratu Tanjung Landan,” teriak Sindiran Dewa. Terjadilah pertarungan seru. Tiba-tiba muncul Dewa Pasindiran membantu kakaknya bertarung melawan Pangeran Cili dan para pembantunya. Suasana sangat kacau akibat pertarungan.

Cerita Layang juga terlibat dalam pertarungan ia menjelaskan pada Sindiran Dewa maupun Dewa Pasindiran bahwa ia adalah adik Ratu Tanjung Landan. Keduanya gembira telah bertemu pamannya yang menghilang puluhan tahun. Selama setahun mereka berperang melawan Pangeran Cili dan anak buahnya. Hingga akhirnya Pangeran Cili terbunuh dan anak buahnya menyerah. Perang pun berakhir.
Mereka pun kembali ke Negeri Tanjung Landan.

Saat sampai di Tanjung Landan, Sindiran Dewa melepas alang balia tempat bapaknya diikat. Mereka berpelukan haru, akhirnya dapat betemu setelah lama berpisah. Ketika sampai di rumah, Ratu Agung bertanya, “Siapa orang tua ini?” Itam Manis tertawa “Ayahanda, inilah Paman Cerita Layang. “Menangislah Ratu Agung bersyukur dapat berkumpul lagi dengan adiknya itu.

Setelah beberapa saat, Sindiran Dewa menggantikan Ratu Agung menjadi raja di Tanjung Landan. Cerita Layang memutuskan menetap di Tanjung Landan dan tidak akan pergi merantau lagi bahkan menganggap ketiga anak Ratu Agung sebagai anaknya sendiri.

Demikian Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan - Cerita Layang yang dapat kita petik pengajarannya bahwa keberanian membela yang benar akan selalu mendapat kemudahan dan tali silaturahmi hendaknya jangan sampai putus meski telah bertahun-tahun terpisah.






Sumber: 366 Cerita Rakyat Nusantara