Sekilas Ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api

Ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api

Driau.com - Ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api menjadi salah satu event yang menjadi daya tarik Wisata Riau. Setiap hari kelima belas bulan ke lima dalam penanggalan Tiong Hoa ritual tersebut diadakan.

Bakar tongkang sendiri merupakan ritual dari masyarakat Tionghoa Bagan Siapiapi untuk memperingati hari kedatangan leluhur mereka di Bagan Siapi api dan memperingati ulang tahun dewa Ki Hu Ong Ya, dewa pelindung masyarakat Bagan. Lalu bagaimanakah sejarahnya ritual tersebut bisa menjadi event yang dinanti-nantikan tidak hanya masyarakat Bagan Siapi-api? Berikut informasi selengkapnya.

Sejarah singkatnya dari Wisata Riau yang satu ini bermula dari adanya tuntutan kualitas hidup yang lebih baik baik. Maka sekelompok orang Tionghoa dari Provinsi Fujian-China merantau menyebrangi lautan. Mereka hanya menggunakan kapal kayu nan sederhana.

Di dalam kebimbangan kehilangan arah saat di dalam kapal, mereka pun berdoa kepada Dewa Kie Ong Ya yang saat itu ada di kapal tersebut agar kiranya dapat diberikan penuntun arah menuju daratan.

Setelah berdoa, tidak lama kemudian mereka melihat cahaya yang samar-samar.Lalu mereka mengikuti arah cahaya tersebut dengan harapan mereka akan menemukan daratan dan kehidupan.

Setelah mereka mengikuti cahaya tersebut maka sampailah mereka di daratan Selat Malaka (Kota Bagan Siapiapi sekarang). Adapun yang mendarat di tempat tersebut ada 18 orang yang semuanya bermarga Ang. Atas dasar keselamatan tersebut, maka masyarakat Tionghoa Bagan Siapiapi melaksanakan ritual bakar tongkang.

Ternyata, bakar tongkang tidak hanya sebatas ritual untuk merayakan keselamatan mereka dari lautan. Akan tetapi, lebih dari itu ritual tersebut juga berfungsi untuk sembahyang pada Dewa Tuan Raja.

Di dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa dewa raja-raja seperti Tai Sun Ong Ya dan Ki Ong Ya yang dibawa ke Bagan Siapiapi waktu dulu adalah wali kaisar jaman dulu yang masih berkeliling untuk menjaga tertib keamanan dan memburu kejahatan didaerah (Tee Tian Sun Siu), dewa-dewa raja diundang datang dan dikelilingkan di kota untuk dihormati oleh rakyat kemudian diantar kembali dengan kapal bersama tumpukan bukit sesajian kertas mas yang dibakar.

Saat ini, ritual bakar tongkang ini menyedot banyak sekali perhatian masyarakat untuk menyaksikannya. Bahkan mereka rela berdesak-desakan demi melihat ritual yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya tersebut.

Ritual ini diawali dengan tambul dan simbal yang dipukul bertalu-talu. Selanjutnya akan ada pemuda yang menggunakan penutup badan berwarna kuning dan bermotifkan naga berlari ke arah meja altar.

Di depan meja tersebut pemuda ini menjura dan memukul mukulkan bola duri ke tubuh nya, kemudian dia memutar bendera kebangsaan berwarna hitam. Pemuda ini terlihat seperti seorang panglima yang melapor kepada seorang raja. Sembari bergumam dengan dialeg hokian, pemuda ini terus berkomunikasi pada sebuah tongkang yang berada di depan meja altar.

Banyaknya masyarakat yang memadati lokasi bakar tongkang ini menjadi pertanda bahwa masyarakat Riau menghargai setiap budaya yang tumbuh di dalamnya. “Mari kita jaga kelestarian budaya Riau!”


Ritual Budaya Bakar Tongkang
http://lensawisata.com/ritual-budaya-bakar-tongkang/