Upacara Bakar Tongkang Yang Bermakna

Festival Bakar Tongkang Bagan Siapi-api

Driau.com - Upacara tradisi bakar tongkang merupakan upacara tradisi yang dilakukan masyarakat Tionghoa yang ada di daerah Bagansiapi-api, Provinsi Riau. Sebelumnya kegiatan ini telah dilarang, namun semenjak era kepemimpinan Gusdur pada tahun 2000, kegiatan ini kembali diaktifkan. Upacara bakar tongkang dalam bahasa hokian dikenal dengan istilah Go Cap Lak. Go artinya bulan kelima dan Cap Lak artinya tanggal enambelas, maka perayaan Go Cap Lak jatuh tepatnya pada tanggal 16 bulan kelima penanggalan imlek setiap tahunnya. Saat ini upacara bakar tongkang dijadikan sebagai salah satu upaya pemerintah daerah mendatangkan pengunjung wisata. Wisatawan etnis Tionghoa dari daerah Singapura, Malaysia dan kawasan Asia Tenggara lainnya sering berkunjung ke Bagansiapi-api untuk menyaksikan upacara tersebut.

Makna dari upacara pembakaran kapal tersebut bagi masyarakat Tionghoa adalah upacara peringatan atas dewa mereka yakni dewa laut Ki Ong Yan dan Tai Su Ong yang merupakan sumber dua sisi, yakni antara sisi baik dan buruk, suka atau duka, serta rejeki atau malapetaka. Para leluhur orang-orang Tiongkok yang menemukan Bagansiapiapi tersebut bertekad untuk tidak kembali ke tempat asal, maka untuk membuktikannya dilakukan dengan membakar kapal tongkang yang mereka pakai sebelum berlabuh ke Bagan untuk kemudian tinggal selamanya di Kota Bagansiapiapi. Dari kepercayaan etnis Tionghua di Bagansiapiapi bahwa dewa mereka telah membawa para lelulurnya di pelayaran hingga selamat sampai dan selanjutnya menetap di Kota Bagansiapiapi, setelah sebelumnya terjadi perang saudara di Tiongkok ratusan tahun lalu.

Masyarakat Tionghoa juga percaya jika acaranya tidak diikuti maka hidup mereka akan seperti kekurangan tanpa adanya arah serta tujuan, selain itu juga kesuskesan yang diraih nantinya tidak akan ada artinya atau tidak bermakna. Bagi warga Tionghoa yang ada di perantauan sekalipun, tetap akan berusaha pulang dan menyaksikan. Sebab mengikuti upacara ini seperti membawa kepuasan dan hikmah tersendiri bagi orang-orang Tionghoa.

Sejarah Masyarakat Tionghoa di Bagansiapi-api
Dikisahkan sekitar 2 abad yang lalu ada sekelompok Tang-lang (Tionghoa dari keturunan Hokkian) yang berlabuh di wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kota Bagan Siapi-api. Seperti diketahui mereka semula adalah para perantau yang telah berlayar dari Hokkian ke arah Laut Selatan untuk mencari kehidupan yang lebih layak di daerah Nanyang, dan mereka juga sebelumnya telah tiba di daerah Songkhia, Thailand ditahun 1825.

Namun kemudian mereka terpaksa melarikan diri untuk menghindarkan diri dari musibah yang sedang terjadi disana. Kaum pengungsi itu menggunakan 3 buah tongkang, yakni perahu yang dasarnya rata digunakan untuk mengangkut pasir dan hasil tambang yang biasa digunakan di pertambangan di daerah Malaysia dan sekitarnya, 2 tongkang dari 3 tongkang tersebut telah tenggelam dilanda badai, dan hanya satu tongkang terakhir yang akhirnya berhasil menemukan daratan, lalu tongkang itu bisa berlandas dengan selamat di kawasan suatu pantai yang saat itu penuh dengan kunang-kunang di malam hari.

Adapun kelompok warga yang selamat dan mendarat itu terdiri atas 18 orang lelaki dan wanita dari Marga Ang yang berasal dari Kabupaten Tong-an di daerah Xiamen. Kemudian mereka mulai menggarap daratan tanah tersebut untuk kemudian menetap di sana, Selain itu mereka juga menemukan daerah peraian di kawasan tersebut yang kaya dengan ikan dan hasil-hasil laut lainnya, maka mereka pun mulai bekerja sebegai seorang nelayan.

Masyarakat Tionghoa yang mempercayai sejarah tersebut hingga kemudian untuk memperingatinya dibuatlah upacara bakar tongkang yang cukup mahsyur menjadi even wisata di Bagansiapi-api. Klenteng Taoisme Ing Hok Kiong didirikan warga Tionghoa di Bagansiapi-api untuk menghormati 2 dewa mereka yakni Tai Sun Ong Ya dan Kie Ong Ya.

Sementara, Kuala Sungai Rokan yang pada saat ditemukan oleh kelompok pengungsi penuh dengan kunang-kunang di malam hari, ditemukan tepatnya pada tanggal 16 bulan ke-5 Imlek di tahun 1826 Masehi. Kawasan itu kemudian dikenal sebagai Kota Bagan Siapi-api.

Cara Mengunjungi Upacara Bakar Tongkang
Untuk menyaksikan upacara tersebut, Anda bisa menempuh perjalanan darat yang dilakukan dari Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Dengan menggunakan travel atau kendaraan pribadi, Anda bisa sampai ke Kota Bagansiapi-api setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam waktu tempuh.