Ini Ciri-Ciri Anak Yang Kecanduan Gadget

Apakah anak Anda termasuk sudah kecanduan gadget? Kenali tanda-tanda dan bahayanya. Tanda-tanda anak sudah berlebihan menggunakan gadget yang mengarah pada kecanduan di antaranya lupa waktu, lupa makan dan anak mudah marah atau ngambek saat permainannya diinterupsi. 

Anak juga suka berebutan bermain gawai dengan adik atau kakaknya, bahkan dengan orang tuanya. Tanda lainnya adalah pekerjaan rumah (PR) terbengkalai atau tidak selesai. 

Anak juga menarik diri dari lingkungan. Ketika ada saudara datang, anak lebih memilih bermain gadget dibanding menyambut tamu. Anak lalu enggan turun dari mobil ketika sedang asyik bermain gadget. 

Bahkan lebih parahnya anak sering bermain gadget dengan cara secara sembunyi-sembunyi. Ini karena anak tahu orang tuanya tidak suka dan akan marah jika dia bermain. 

Hal ini tentunya akan memberikan dampak negatif pada anak di masa depan. Terutama pada regulasi diri anak yang jadi berantakan. 

Anak tidak mau makan atau melakukan aktivitas lain karena main gadget dinilai lebih menyenangkan. Anak juga tidak memiliki empati yang baik. 

Anak yang kecanduan gadget, empatinya tidak tumbuh, dia tidak peduli dengan orang lain, bahkan dengan dirinya sendiri saja dia tidak mampu. Sehingga jiwa empati anak dikorbankan. 

Selain itu juga akan berdampak pada fisik anak, punggung, leher sering sakit. Mata cepat lelah saat main gadget. Dampak di masa depan lainnya adalah masalah kontrol diri anak, anak menjadi impulsif. Padahal kesuksesan butuh kerja keras. 

Kapan harus mulai kapan harus berhenti. Bukan hanya itu kemampuan merencanakan sukar didapat. Dampak lainnya ada risiko anak memiliki sifat narsistik. Anak-anak sekarang lebih sadar dengan ekspresi wajah. Ini sebenarnya baik. 

Masalahnya, orang tua suka memaksakan anak harus menunjukkan wajah tersenyum saat selfie sehingga dipaksakan. Seharusnya anak-anak dibiarkan memiliki ekspresi natural. 

Dampak lebih jauh adalah kemampuan bersosialisasi yang kurang terasah sehingga mereka kesulitan berteman, merasa kesepian. 

Bahkan berisiko mengalami depresi dan gangguan kecemasan karena waktu dikorbankan dan mereduksi makna dan tujuan hidup seseorang. 

Kemampuan observasi berkurang kemampuan interaksi berkurang. Seperti hanya melihat dunia dari dunia maya yang sudah alami filterisasi, branding. Imajinasi tidak sesuai dengan dunia nyata