Joko Kendil dan Si Gundul Cerita Rakyat Yogyakarta


Cerita rakyat dari daerah istimewa Yogyakarta – salah satu cerita rakyat yang cukup terkenal dari DIY adalah Joko Kendil dan Si Gundul. Cerita rakyat ini adalah merupakan salah satu cerita rakyat Indonsia yang cukup terkenal khususnya di daerah asalnya yaitu Yogyakarta. Cerita ini berkisah tentang dua orang anak yang bersahabat walaupun memiliki perbedaan. Sebuah cerita yang dapat mengajarkan kita bahwa persahabatan itu tidak mengenal derajat hidup seseorang. Untuk lebih jelasnya marilah kita simak cerita rakyat dari daerah istimewa Yogyakarta yang berjudul Joko Kendil dan Si Gundul.

Di sebuah desa dekat pedalaman Yogyakarta hiduplah seorang anak bernama Joko Kendil. Dia di beri nama Joko Kendil karena bentuk tubuhnya yang bulat seperti kendil atau periuk. Joko Kendil tinggal bersama ibunya. Walaupun sering diejek oleh masyarakat sekitar Joko Kendil tidak pernah berkecil hati, dia tetap ringan tangan membantu penduduk di pasar. Tubuh Joko Kendil yang bulat menyebabkan tidak ada seorangpun yang mau berteman dengannya. sehari-hari Joko Kendil hanya berdua saja dengan ibunya melakukan kegiatan sehari-hari.

Suatu hari dikampung tersebut kedatangan lagi sebuah warga baru yang tidak jauh berbeda dengan keluarga Joko Kendil. Mereka adalah keluarga sederhana dan memiliki seorang anak lelaki yang kurus tinggi serta kepalanya yang gundul. Jika terkena matahari kepala anak lelaki itu jadi berkilat dan membuatnya semakin lucu. Karena kepalanya yang gundul maka dia diberi nama si Gundul. Sama seperti Joko Kendil, si Gundul juga tidak memiliki seorang teman. Dia sering diejek oleh masyarakat, hal ini menyebabkan si Gundul menjadi rendah diri dan tersisih. Suatu hari si Gundul bertemu dengan Joko Kendil. Bersama Joko Kendil dia tidak di ejek malah sebaliknya Joko Kendil sangat bersahabat. Sejak itulah si Gundul dan Joko Kendil senantiasa bersama-sama dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Walaupun terlihat lucu dan botak ternyata si Gundul memiliki banyak keahlian, si Gundul sangat mahir membuat layangan. Berdua bersama Joko kendil mereka membuat layangan yang besar yang tidak pernah dibuat oleh anak-anak di kampung tersebut. Joko Kendil sangat senang ketika si Gundul memberikan layangan itu untuk dimainkan olehnya. Selain itu si Gundul juga mahir memanah. Dia mengajarkan Joko Kendil cara memanah yang baik. Dalam waktu singkat saja Joko Kendil sudah semakin mahir memanah, sasarannya senantiasa tepat walaupun dalam jarak yang jauh.

Pada suatu hari, Joko Kendil mendengar berita yang sedang banyak dibicarakan oleh orang-orang di pasar. Berita tentang raja yang mempunyai tiga orang putri yang cantik dan raja yang sedang mencari menantu untuk putrinya. Mendengar berita itu Joko Kendil bermaksud untuk meminang salah satu dari ketiga putri raja tersebut. Ibunya yang mengetahui niat Joko Kendil merasa keberatan dan sedih sebab takut anaknya tidak akan diterima oleh raja. Warga kampung semakin banyak yang mengolok-olok Joko Kendil tentang maksudnya meminang salah satu putri raja. Hanya si Gundul yang memberi semangat kepada Joko Kendil. Menurutnya, kebaikan hati dan kemuliaan budi pekerti Joko Kendil akan membawanya pada kebaikan.

Maka berangkatlah Joko Kendil bersama ibunya menuju istana, si Gundul memberikan busur panah kesayangannya kepada Joko Kendil sebagai kenang-kenangan dan senjata untuk berjaga-jaga selama di perjalanan. Ketika tiba di istana, raja memanggil ketiga putrinya. Putri yang pertama dan kedua langsung menolak lamaran Joko Kendil begitu melihat wujudnya yang bulat seperti periuk. Namun putri yang ketiga malah menerima pinangan tersebut. Maka walaupun dengan berat hati akhirnya raja menerima pinangan tersebut dan menikahlah putri bungsunya dengan Joko Kendil. Hari berganti hari, pada suatu ketika di istana sedang diadakan perlombaan memanah. Ketika itu ada seorang pemudah yang tampan mampun memanah dengan baik. Sasarannya tidak pernah meleset, wajahnya yang tampan membuat putri sulung dan putri yang kedua menjadi simpati dan berusaha untuk memikatnya. Mereka mengejek si bungsu karena bersedia menikah dengan Joko Kendil yang buruk rupa.

Karena selalu di hina oleh kedua kakaknya, si bungsu menangis dan berlari ke dalam kamar. Sesampainya di dalam kamar putri bungsu menemukan sebuah guci, dengan geram guci tersebut di banting ke lantai. Kemudian tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan yang mahir memanah. Putri bungsu menjadi terkejut, lalu pemuda itu menjelaskan bahwa dia adalah Joko Kendil. Karena guci itu telah di banting putri maka Joko Kendil tidak bisa lagi berubah menjadi bentuk penyamarannya. Lalu Joko Kendil menanyakan pada sang putri adakah putri mau menerima dirinya dalam bentuk pemuda yang tampan. Sang putri sangat gembira dan memberitahu kepada ayahnya bahwa pemuda yang mahir memanah itu adalah Joko Kendil.

Setelah hidup bahagia bersama putri di istana Joko Kendil tidak lupa pada sahabatnya si Gundul. Joko Kendil kembali ke kampungnya dan menemui si Gundul lalu mengajaknya untuk tinggal di istana. Mulanya si Gundul menolak sebab takut jika Joko Kendil akan malu jika mempunyai sahabat gundul seperti dirinya. Namun Joko Kendil tidak memikirkan hal itu, akhirnya si Gundul di bawa ke istana dan menjadi pelatih memanah bagi prajurit istana dan hidup bahagia bersama sahabatnya.

Cerita Rakyat Yogyakarta tentang Joko Kendil dan Si Gundul yang mempunyai bentuk tubuh tidak bagus seperti orang lainnya. Tetapi kebesaran hatilah yang membuat semua hinaan tidak berarti.