Hujan Buatan di Riau Tak Bisa Dilakukan

Salah satu solusi masalah kabut asap yang ada di Riau adalah dengan merekayasa hujan buatan. Adanya rencana Pemerintah Provinsi Riau cq Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mau minta hujan buatan dengan kondisi saat ini tidak bisa dilakukan di Provinsi Riau. Tak bisanya dilakukan hujan buatan pada saat sekarang ini karena banyak faktor, salah satunya adalah kelembabannya kering pada lapisan atas wilayah udara Provinsi Riau. 

 Hal ini sebagaimana ditegaskan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Sugarin kepada Riau Pos Online Selasa (25/2) menanggapi adanya rencana BPBD di daerah Riau mau meminta hujan buatan seperti dilansir beberapa media sepekan ini. Menurut Sugarin, jumlah hotspot hari ini Selasa (25/2) di Riau turun drastis menjadi 145 titik dibanding Senin kemarin (24/2) yang mencapai 1.234 titik. Namun kabut asap semakin tebal dengan jarak pandang 500 meter. Jumlah korban kabut asap yang terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Riau telah mencapai 20.000 orang. 

Salah satu dampak langsung dari kabut asap dirasakan di dunia penerbangan. Sejumlah penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru Selasa (25/2) sangat terganggangu dan lumpuh, ada sekitar 16 maskapai penerbangan yang ditunda (delayed) dan dialihkan (divert) ke bandara lain. 

Kondisi ini sudah sangat mengganggu dunia usaha khususnya penerbangan. Pelaku usaha, pekerja juga sangat tergangganggu dengan kondisi ini karena jadwal kerja mereka juga berubah, sejumlah kegiatan ada yang dibatalkan karena gangguan kabut asap. Senin (24/2) kemarin sebanyak 12 penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru dari dan ke Pekanbaru terganggu, dan satu penerbangan divert (dialihkan pendaratan) ke Batam. Airport Duty Manager PT (persero) Angkasa Pura II Bandara SSK II Baiquni kepada Riau Pos menyebutkan, sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.00 siang jarak pandang di Bandara hanya 400 meter. Baru pukul 10.00 WIB ke atas kondisi jarak pandang berangsur normal. ‘’Jarak pandang pendek 400 meter pagi. Kondisi ini membuat 12 pener

bangan dari dan ke Pekanbaru terganggu. Penerbangan kembali normal pukul 13.00 WIB,’’ kata Baiquni. Dijelaskannya, jarak pandang 400 meter itu dinilai riskan untuk melakukan take off maupun landing. Jika 12 penerbangan terpaksa delay, namun satu penerbangan dari Jakarta, Citilink divert ke Batam. ‘’Jarak pandang aman minimum untuk take off adalah 500-600 meter, dan untuk landing 1.000 meter, kurang dari itu pilot pesawat yang memutuskan lagi,’’ ujarnya.