Sejarah Perjuangan Pembentukan Provinsi Riau 1957


Napak Tilas 59 Tahun Provinsi Riau
Sejarah Perjuangan Pembentukan Provinsi Riau 1957

Hari Ulang Tahun Provinsi Riau ke-59 Jatuh pada 9 Agustus 2016. Sebanyak 16 Agenda kegiatan disiapkan jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang sudah dimulai sejak 1 Agustus 2016 lalu. Mulai dari turnamen Volley Ball, sepakbola, perlombaan Rakyat, Festival Lancang Kuning, hingga Pawai Budaya. Masyarakat Riau diharapkan turut berpartisipasi dalam riuh kegembiraan hari jadi ini.

Namun yang paling penting dari ini semua, adalah memahami dan mengerti bagaimana Riau bisa sampai ke titik ini. Usia 59 tentu bukan usia yang muda, banyak rintangan yang dilalui untuk membangun Bumi Lancang Kuning ini. Mulai dari Riau yang awalnya tidak diminati, kini menjadi primadona si penggiat investasi. Yang awalnya layu dan lesu, kini mulai bergairah dan menunjukan kiprah.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarah”. Begitulah kalimat yang selalu didengungkan Ir Soekarno dalam pidatonya. Pada moment ulang tahun ini, tidak ada salahnya jika kita mengulang kembali, bagaimana kerasnya Pahlawan Riau menjadikan negeri minyak ini sebagai sebuah provinsi.

Diantara kita mungkin tidak banyak yang tahu tentang Sejarah Provinsi Riau. Bahkan, hanya sedikit orang yang mengetahui bagaimana asal-usul nama Riau sendiri. Di dalam buku berjudul sejarah Riau karangan Muchtar Luthfi menyebutkan bahwa setidaknya ada empat kemungkinan asal mula penamaan Riau.

Pertama, Riau berasal dari bahasa Portugis, ‘Rio’ yang artinya sungai, layaknya seperti Rio de Jenairo yang berarti Sungai Januari. Kemungkinan kedua, nama Riau beradal dari seorang tokoh Sinbad Al-bahar dalam kitab Alfu Laila Wa laila (seribu satu malam) yang menyebut Riahi, yang berarti air atau laut.

Kemungkinan ketiga nama Riau berasal dari bahasa sehari-hari masyarakat Kabupaten Siak ‘meriau’, yakni musim ikan bermain-main. Kata ini kemungkinan berubah menjadi Riau. Ada pula yang mengatakan bahwa nama Riau berasal dari kata Rioh atau Riuh, yang merupakan penuturan dari masyarakat tempatan yang artinya ramai, hiruk pikuk.

Nama Riau juga dikait-kaitkan dengan didirikannya negeri baru di Sungai Carang “Bandar Rioh”. Negeri ini didirikan oleh Sultan Ibrahim Syah (1671-1682) dan akan dijadikan pusat kerajaan dan perdagangan. Sungai Carang inilah yang kemudian diberi nama Ulu Riau.
Berdasarkan beberapa keterangan, nama Riau kemungkinan besar berasal dari bahasa sehari-hari rakyat setempat, khususnya yang hidup di daerah bintan. Kemudian Nama ini semakin terkenal sejak Raja kecil memindahkan pusat kerajaan Melayu dari Johor ke Ulu Riau pada tahun 1719. Nama ini kemudian masuk jajaran empat negeri utama yang membentuk kerajaan Riau, Lingga, Johor dan Pahang.
Kemudian dengan Perjanjian London (1824) antara Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua. Belahan Johor - Pahang berada di bawah pengaruh Inggris, sedangkan belahan Riau - Lingga berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam zaman penjajahan Belanda (1905 - 1942), nama Riau dipakai untuk nama sebuah keresidenan, yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau serta pesisir Timur Sumatera bagian tengah.

Setelah Indonesia merdeka, maka Riau pun memasuki babak baru. Butuh waktu sekitar enam tahun sejak 1952 hingga 1958 untuk Riau melepaskan diri dari Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

Ada banyak tahapan yang harus dilakukan para petinggi untuk bisa menggoalkan Riau agar menjadi sebuah Provinsi. Rakyat Riau memberikan dukungan menggelora atas niat tersebut sehingga selalu membahasnya dalam banyak kesempatan. Berikut ini Rangkaian tahapan hingga akhirnya Riau berdiri sendiri.

  1. 17 Oktober 1954 diadakan Kongres Pemuda Riau di Pekanbaru.
  2. 7 Agustus 1955 diadakan Konperensi DPRDS I antar empat kabupaten dalam Keresidenan Riau di Bengkalis.
  3. 7 September 1955 delegasi DPRDS empat Kabupaten Riau menghadap Mendagri Mr. R. Soenarjo yang menghasilkan Keterangan Nomor De/44/12/13/7 yang isinya, "Persoalan itu akan diberi perhatian seperlunja, dan pembagian wilajah R.I. dalam daerah-daerah propinsi jang baru sedang direntjanakan."
  4. 9 September 1955 dibentuk Badan Penghubung Persiapan Propinsi Riau di Jakarta.
  5. 31 Januari s/d 2 Februari 1956 diselenggarakan Kongres Rakyat Riau. 22 Oktober 1956, pertemuan para tokoh dengan Mendagri Soenaryo. Menurut menteri, Undang-undang Pembentukan Propinsi Riau belum disiapkan, namun akan diajukan dalam Sidang Parlemen permulaan 1957.
  6. Sidang Kabinet 1 Juli 1957 menyetujui Riau dan Jambi menjadi propinsi.
  7. 7 Agustus 1957, Undang-undang Propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi disetujui.
  8. 9 Agustus 1957 diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 75 dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1957 yang menetapkan pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Setelah tanggal 9 Agustus tersebut, maka Riau resmi menjadi Provinsi yang berdiri sendiri. Kemudian pada 5 Maret 1958, dilantik Gubernur KDH Propinsi Riau, SM Amin di Tanjungpinang. Maka resmilah daerah Swatantra Tingkat I Propinsi Riau dengan Tanjung Pinang sebagai Ibukota sementara. Kemudian pada tanggal 20 Januari 1959, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des 52/1/44-25, Ibukota Propinsi Riau dipindahkan dari Tanjungpinang ke Pekanbaru.

Selama 59 tahun berdiri, Riau sudah dipimpin oleh 10 Gubernur. Berikut ini adalah nama-nama gubernur yang pernah memimpin Provinsi Riau. Nama-nama ini tentu sangat familiar bagi masyarakat Pekanbaru khususnya, pasalnya beberapa nama diabadikan sebagai nama jalan. Namun diantara kita mungkin banyak yang tidak tahu bahwa nama jalan tersebut, ternyata adalah nama-nama pemimpin besar yang dahulu pernah memimpin Riau.

  • Mr. Mohammad Amin (5 Maret 1958- 6 Januari 1960)
  • Kaharuddin Nasution (1960- 1966)
  • Arifin Ahmad (1966- 1978)
  • Brigjen R. Subrantas Siswanto (1978- 1980)
  • Mayjen H. Imam Munandar (2 Oktober 1980- 6 Agustus 1988)
  • Letjen Soeripto (6 Agustus 1988- 28 Desember 1988)
  • Brigjen H. Saleh Jasit SH (28 Desember 1988- 28 Desember 1998)
  • HM Rusli Zainal SE (21 November 2003- 31 Juli 2008)
  • HM Rusli Zainal SE (21 November 2008- 12 November 2013)
  • Annas Maamun (19 Februari 2014- 25 September 2014)
  • Arsyadjuliandi Rachman (25 Mei 2016-Sekarang)

Di usia 59 tahun, Riau sudah memberikan kontribusi besar terhadap negeri ini, terhadap orang-orang yang ada didalamnya. Meski dengan berbagai problematika yang mendera, namun kami akan tetap menjadi warga yang selalu bangga dapat berpijak di tanahmu. Selamat Ulang Tahun Provinsi Riau ke-59.