Cara Mengelola Sampah ala Jokowi

Sampah yang sebenarnya barang sisa, dinilai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi. Perubahan paradigma tersebut sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah sehingga sampah yang dihasilkan bisa berkurang karena nilai ekonomisnya bisa dimanfaatkan.

“Sampah harus dipandang sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis. Bukan hanya itu masyarakat pelaku industri dan pengelola kawasan mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam pengelolaan sampah,” tegas Jokowi seperti dilansir beritajakarta.

Jokowi juga meminta pengelolaan sampah harus lebih mengutamakan pengurangan volume di sumber sampah. Untuk melakukannya, perlu peran serta dan kesadaran dari masyarakat agar dapat memilah dan mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri. “Mulai saat ini masyarakat DKI Jakarta menjadi pelaku utama dan harus bertanggung jawab dalam pengelolaan kebersihan kota,” pintanya.

Untuk menuntut perubahan pola pikir sesuai UU No 18/2008 menurutnya juga diperlukan peraturan daerah (perda). Nantinya perda tersebut menjadi dasar hukum pengaturan pola pengelolaan sampah di DKI Jakarta.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Unu Nurdin mengatakan, jika Perda Pengelolaan Sampah selesai akan ada evaluasi berjangka. Dipastikan pengelolaan nantinya akan lebih ekonomis. “Iya pengelolaan akan lebih ekonomis. Ke depan kita akan fokus pada upaya penanganan sampah di daerah kumuh, karena sekarang sudah banyak pemukiman yang baik dengan bank sampah. Nanti akan ada subsidi silang,” tandasnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng tim dari Pemerintah Jerman yang bergerak dalam bidang kebersihan seperti dalam pengelolaan sampah. Pemerintah Jerman akan mengirimkan timnya untuk mempelajari masalah sampah di DKI Jakarta.

"Ada tim dari Jerman yang akan ke DKI Jakarta untuk mempelajari masalah pembuangan sampah," ujar Duta Besar RI untuk Jerman Eddy Pratomo usai bertemu dengan Wakil Gubenur DKI Jakarta, Basuki T Purnama di Balai Kota, Kamis (4/4/2013).

Eddy menuturkan tim tersebut akan mempelajari masalah sampah mulai dari sampah rumah tangga sampai dengan pembuangannya kemudian bagaimana sampah menjadi energi alternatif.

"Tentu dengan teknologi Jerman yang sudah maju. Kita mencoba share dengan Provinsi DKI dan juga provinsi-provinsi lain yang tentunya cukup padat," lanjut Eddy.

Dikatakan Eddy, masyarakat Jerman sudah tertib dalam pengelolaan sampah. Setiap harinya, lanjut Eddy, ada pengambilan sampah secara teratur.

"Misalnya, Senin adalah sampah yang di kotak hijau yang berisi daun-daun, Selasa adalah sampah botol dan plastik. Kemudian sampah rumah tangga lainnya pada Rabu yang warna kuning dan sebagainya. Sampah ini diambil oleh mobil yang juga berbeda, sehingga rumah tangga Jerman ini biasanya sangat teratur dalam pembuangan sampah sesuai dengan jadwal," tutur Eddy.

Menurutnya, jika budaya itu bisa ditularkan kepada masyarakat DKI Jakarta, akan menjadi sebuah kebiasaan baru yang lebih baik. Mekanismenya, kata Eddy, nanti ada satu kecamatan atau kelurahan yang menjadi pilot project.

Eddy mengatakan, proyek ini juga sebagai hasil kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Maret lalu ke Jerman. Eddy pun mengatakan proyek itu telah dibicarakan dengan Kepala Dinas Kebersihan Unu Nurdin berkoordinasi dengan tim tersebut.

"Sekarang Pak Wagub akan mencarikan lokasinya agar proyek Jerman ini di bidang pengolahan sampah itu nyata di lapangan. Jerman sudah memiliki kerjasama kuat dengan Indonesia. Ada comprehensive partnership yang artinya ada tindak lanjut konkret," jelas Eddy.

Sementara itu, Unu Nurdin mengungkapkan, belum ada perkiraan lokasi yang akan dijadikan pilot project.

"Baru ada kunjungan aja kok. Daripada kita ke Jerman, lebih baik duta besarnya aja ke sini, udah itu aja," ujarnya singkat.