Telinga Sering Berdenging, Mungkin Ini Penyakit Anda

Pernah telinga berdenging? Jika Anda sering mendengar sensasi suara yang sebenarnya bukan berasal dari suara di sekitar, berarti Anda menderita tinitus. Suara tersebut bisa saja seperti suara dering ponsel, siulan, teriakan pelan, atau getaran. Anda perlu waspada karena tinitus bisa menandakan adanya penyakit. Bagi sebagian orang, tinitus bersifat sementara, tetapi ada yang mendengarnya terus-menerus. Suara berdenging yang terdengar bisa jadi karena ada kelainan atau abnormalitas pada sistem auditori atau saraf. Tinitus juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu, misalnya antiradang, obat penenang, dan antidepresan. Tinitus bukanlah penyakit, melainkan gejala dari beberapa kondisi, meski ada yang tidak berbahaya. Berikut 10 penyakit serius yang ditandai oleh tinitus: 

1. Tumor otak 

Neuroma akustik adalah tumor otak jinak yang menyerang saraf yang memengaruhi pendengaran dan keseimbangan. "Tinitus sering jadi gejala awal dari neuroma akustik," kata Judy Vitucci, dari Acoustic Neuroma Association (ANA). Pada 2012, ANA mendapati 74 persen pasien yang disurvei mengalami tinitus. Neuroma akustik berkembang dengan lambat. Namun, bila tidak ditangani, ia akan terus memengaruhi fungsi saraf dan menyebabkan kematian. Bila Anda mengalami tinitus, waspadalah terhadap indikasi tumor kecil. Konsultasikan ke dokter THT untuk pemeriksaan mendalam. 

2. Insomnia 

Penelitian menunjukkan, semakin parah insomnia yang diderita seseorang, makin berat juga tinitus yang diderita. Memulihkan insomnia menjadi solusi untuk mengurangi suara-suara tersebut.

 3. Cedera kepala atau leher 

Seseorang yang terluka di kepala atau leher dapat mendengar suara berdering setelahnya. "Tinitus adalah gejala yang paling sering terjadi karena trauma kepala atau leher," tulis para peneliti dalam jurnal The Laryngoscope.

 4. Multiple sclerosis 

Multiple sclerosis adalah kondisi di mana mielin, selubung pelindung serat saraf otak dan sumsum tulang belakang, rusak. Ketiadaan mielin menyulitkan penyampaian pesan dari saraf ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga terkadang menyebabkan tinitus. 

5. Vertigo dan meniere 

Tinitus adalah gejala umum dari penyakit meniere, bagian telinga dalam yang menyebabkan sejumlah serangan vertigo, tuli sementara, dan tekanan pada telinga. Episode ini bisa datang berjam-jam, bahkan menyebabkan tuli permanen. Biasanya, penyakit meniere hanya diderita sebelah telinga. 

6. Displasia fibromuskular 

Displasia fibromuskular (FMD) adalah kondisi vaskuler yang menyebabkan satu atau lebih pembuluh tumbuh tidak normal. FMD membuat pembuluh bisa membesar atau mengecil. Implikasinya adalah tekanan darah menjadi tinggi, gagal ginjal, atau stroke. Jika FMD terjadi pada arteri vertebral atau karotid, biasanya akan dialami telinga berdenging.

 7. Diabetes 

Suara dengingan di telinga juga terkait dengan peningkatan kadar gula darah pada penyandang diabetes. 

8. Gangguan pendengaran karena suara bising 

Sering terpapar suara yang keras seperti sirene, musik, atau petasan dapat menyebabkan tuli permanen atau tinitus pada sebelah atau kedua telinga. "Kehilangan pendengaran karena suara atau noise-induced hearing loss (NIHL) dapat disebabkan karena trauma akustik satu kali akibat ledakan tiba-tiba, suara tembakan, atau petasan. Bagaimanapun, NIHL dapat semakin parah bila mendengar suara keras terus-menerus," catat British Medical Journal. 

9. Gangguan sendi rahang 

Gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD) merujuk pada rasa sakit atau disfungsi pada sendi rahang dan jaringan di sekitarnya. Gejalanya adalah sulit menggerakkan rahang, sulit berbicara, makan, membuat ekspresi wajah, bahkan bernapas. Gangguan ini juga akan membuat penderitanya dua kali lebih berisiko gangguan saraf, termasuk tinitus. 

10. Penyakit "lyme" 

Penyakit lyme disebabkan oleh infeksi gigitan kutu, dan membuat rasa tidak nyaman pada telinga. "Meskipun jarang, penderita penyakit lyme dapat mengalami tinitus, termasuk kehilangan pendengaran atau masalah pada vestibular," menurut Benjamin Asher, MD, anggota Yayasan Internasional Penyakit Lyme dan Sejenisnya.