Balada Asap Riau, Atuk Oh Atuk...

Satu persen oksigen harus dibagi untuk enam juta lebih warga Riau karena kabut asap. Ya sudah dua bulan warga Riau berkubang dengan asap dan menjadikannya hirupan sehari-hari. 16 ribu hektare lebih hutan dan lahan perkebunan terbakar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hasilnya ekonomi lumpuh karena jalur penerbangan ditutup, peserta didik merugi karena ilmu yang seharusnya mereka dapatkan harus hilang karena aktivitas belajar diliburkan, dan kesehatan menjadi harga yang harus dibayar mahal dari tebalnya kabut asap ini.


Masyarakat berang, masyarakat turun ke jalan, hanya sekedar untuk mendapat perhatian pemerintah. Namun hampir dua bulan berlalu hasilnya ‘Nol Besar’. Asap malah kian hari kian pekat dan menunjukan level yang ‘Berbahaya’ jarak pandang semakin mendekat, namun tanda-tanda pemerintah bekerja pun tidak kunjung terlihat. Tak salah mereka marah, persoalan ini bukan lagi kali pertama terjadi. Selama 18 tahun masyarakat Riau hanya diam dan ‘nrimo’ saja akan keadaan ini.

Masyarakat kian bingung, terlebih saat pemimpin tertinggi negeri Lancang Kuning ini langsung menyerahkan persoalan ini kepada Tuhan. Ya, Annas Maamun yang kerap disapa Atuk Anas ini tidak mempunyai solusi konkrit untuk menyelesaikan permasalahan rakyatnya. Masyarkat kehabisan kata, dan hanya mencerca namun juga tidak mendapatkan jalan keluar.


Sejenak teringat Tuhan, benar kata Atuk Annas, mungkin saja sebagai hamba kita lupa akan keberadaanya. Warga dari berbagai daerah kemudian melakukan Shalat Istisqa memohon hujan kepada Allah. Namun berkali-kali melakukan shalat namun Allah tak kunjung mengabulkan doa warga Riau.

Warga kian resah, penderita Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi hampir 47 ribu orang. Belum lagi penyakit lain yang ditimbulkan dari asap semakin hari semakin bertambah. Pasrah, mungkin benar kata Atuk warga harus pasrah, namun Tuhan tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu berusaha mengubahnya.

Ya hanya SBY menjadi tumpuan meminta sebagai pemimpin di negeri ini untuk dapat juga melihat negeri Riau ini. Tapi harus kah masyarakat menunggu berbulan-bulan untuk SBY melihat persoalan Riau? Padahal Riau merupakan Provinsi penyumbang APBN terbesar di negeri ini. Warga Riau pun beraksi, mengalahkan suara Anggota Dewan yang katanya menjadi wakil rakyat di Parlemen itu. Mengalahkan pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat daerah itu.

Namun tidak lagi dengan berteriak-teriak dijalan, tapi dengan kecanggihan teknologi yang berkembang saat ini. Untungnya untuk urusan yang satu ini, masyarakat Riau sangat melek dan berbondong-bondong menyuarakan jeritannya disosial media seperti twitter, facebook, path, blog dan sosial media lainnya.

SBY pun seperti didemo, harapan dan kecaman datang silih berganti dari berbagai postingan yang ditujukan ke akun resmi miliknya. Aksi masyarakat Riau melalui twitter, facebook, path, blog dan media sosial lain yang dilakukan sejak Kamis (13/3) dan membawa dampak yang positif. Presiden langsung membuat postingan di twitter melalui akun @SBYudhoyono bahwa jika dalam waktu satu atau dua hari ini Pemerintah Daerah dan Menteri terkait tidak bisa mengatasi, maka kepemimpinan dan pengendalian diambil alih oleh presiden.

Sehari kemudian tepatnya Jumat (14/3) SBY yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah mengadakan rapat koordinasi mendadak melalui teleconference. Sangking pentingnya pertemuan ini, Ia pun meminta Wakil Presiden Boediono untuk turut mengikuti teleconference ini dari Jakarta. Dan di Riau dihadiri oleh Pemerintah Provinsi Riau, perwakilan dari BNPB dan Polda Riau serta sektoral terkait penanganan kabut asap lainnya.

Namun Atuk Annas kembali membuat tercengang. Bayangkan saja, disaat rapat genting membahas nasib enam juta warganya, Si Atuk pulang kampung ke Rokan Hilir dan tak menyempatkan pulang untuk rapat koordinasi. Mungkin Atuk rindu kampung yang hampir satu bulan ini Ia tinggalkan. Menurut kabar yang beredar, Gubri melakukan salat Jumat di salah satu masjid di Bagansiapi-api.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Riau Fahmizal Usman mengakui Gubernur Riau Annas Maamun memang tengah berada di Bagansiapiapi, namun bukan dalam rangka pulang kampug. Menurut dia, Annas Maamun ingin memantau langsung titik api yang berada di Kabupaten Rokan Hilir.

"Gubernur memantau titik api dari Pekanbaru hingga Rokan Hilir, bukan pulang kampung," kata Fahmizal.
Tak hanya warga Riau yang kecewa, Presiden juga menyatakan kekecewaannya terhadap Annas Maamun lantaran tidak hadir dalam telekonferensi untuk melaporkan kondisi darurat asap Riau melalui video. Dalam rapat ini, semua satuan petugas diberi kesempatan untuk memberi penjelasan kepada Presiden perihal penanganan asap.

"Semestinya Gubernur ada disini, langsung laporkan ke saya, sekaligus dengar perintah saya," kata SBY melalui videokonferensi,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sebanyak satu brigade TNI, atau setara 1.260 prajurit, yang terdiri dari dua batalyon TNI AD, satu batalyon Marinir AL dan satu batalyon Paskhas TNI AU.

Seribuan personel tersebut akan memperkuat dua batalyon TNI AD yang selama ini melakukan pemadaman di darat. Untuk menunjang pengerahan personel tambahan itu, Presiden mengatakan segera dibantu dengan peralatan pendukung baik transportasi darat dan udara serta peralatan pemadaman kebakaran.

Khusus hal peralatan dan transportasi, Presiden juga meminta perusahaan-perusahaan yang ada di Riau untuk membantu kebutuhan tersebut. "Peningkatan sarana dan prasarana diperlukan," tegasnya.
Ia menjelaskan, peningkatan intensitas operasi terpadu tanggap darurat asap meliputi tiga kegiatan utama. Selain upaya pemadaman api dan asap, kegiatan utama lainnya adalah perawatan dan pelayanan kesehatan serta penegakan hukum.

Operasi tersebut akan berlangsung selama tiga minggu ke depan, dan kemungkinan bisa diperpanjang apabila kondisi itu diperlukan. Operasi tersebut akan dipimpin langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, dan wakilnya nanti akan dipimpin oleh satu perwira TNI berpangkat Mayor Jenderal.

Presiden pun akhirnya menetapkan bahwa hari Sabtu (15/03) akan langsung ke Riau untuk meninjau situasi disini. Seperti beruntutan akan pertolongan Tuhan terhadap Riau, tiba-tiba pada malam hari nya  Jumat (13/03) sebagian wilayah di Riau hujan diturunkan hujan. Hanya syukur yang kemudian terucap atas rezeki Tuhan yang sekian lama dinanti ini. Pagi harinya, dibeberapa wilayah kabut asap sudah mulai menipis. Semoga saja hujan akan tetap berlangsung, hingga api padam tak bersisa.***