Kemasan Permen, Hijab dan Sufi

Kemasan Permen, Hijab dan Sufi

Seorang teman menceritakan kisah ini kepada saya. Alkisah di pada zamam dahulu terjadi dialog antara seorang pemuda dengan seorang Sufi.

"Wahai, Sufi.. Kenapa perempuan muslim diwajibkan mengenakan jilbab (hijab)?"tanya si pemuda.

Mendengar pertanyaan tersebut, Sufi tersebut tersenyum. Kemudian Ia mengeluarkan 2 buah makanan seperti permen. Oleh sang Sufi, salah satu diantaranya dibuka kemasannya, lantas kedua permen tersebut disodorkan kepada pemuda tersebut.

"Ambillah yang kau mau," ujar Sufi tersebut sambil tersenyum.

Pemuda tersebut kemudian mengambil permen yang masih dalam kemasan.

Melihat hal tersebut, sang Sufi lantas bertanya kepada pemuda tersebut, "Mengapa engkau mengambil permen yang masih dalam kemasan?"

"Tentu saja saya mengambil yang masih tertutup ya, Sufi. Yang terbuka itu telah kotor terkena tanganmu." Ujar pemuda itu dengan yakinnya.

Sang Sufi kemudian berkata, "Demikianlah, bagaimana Islam mencoba melindungi kaum perempuannya dari noda dan kotoran dengan membuat kemasan yang bernama jilbab. Sehingga, ketika sang perempuan disunting oleh seorang pria, InsyaAllah pria tersebut akan mendapatkan perempuan yang bersih. Sama seperti seperti engkau yang mengambil permen yang masih dalam kemasan, dengan harapan mendapatkan yang bersih."

Bicara soal jilbab atau sering juga disebut hijab, saat ini telah dirancang sedemikian rupa. keberadaan jilbab saat ini turut dikaitkan dengan perkembangan trend dalam fashion. Seolah tidak mau kalah, para perancang busana pun kemudian berlomba-lomba menciptakan trend busana muslimah setiap tahunnya.

Namun sangat disayangkan ketika keberadaan jilbab ini kemudian mencoba 'dipaksakan' masuk dalam sebuah trend fashion. Atau sebaliknya, trend fashion yang dipaksa masuk kedalam penggunaan jilbab. Sehingga sering sekali kita melihat seorang muslimah mengenakan jilbab, namun tetap dengan penampilan yang norak dan mencolok atau lekuk tubuh yang masih terlihat oleh kasat mata.

Selain alasan mengikuti trend fashion, busana muslimah yang menurut saya tidak layak disebut busana muslimah tersebut juga dirancang dengan alasan fleksibilitas pemakainya agar leluasa dalam beraktifitas.

Kalau saya boleh mengistilahkan, trend fashion busana muslimah saat ini hampir sama dengan trend pembuatan kemasan dalam bisnis makanan. Dalam bisnis makanan, saat ini orang selalu berupaya menciptakan kemasan yang unik, menarik, sehingga merangsang mata untuk melihatnya, dengan harapan makanan tersebut akan dibeli.

Dalam trend busana muslimah, pakaian kemudian juga dibuat sedemikian unik dan menarik dengan harapan si pemakai akan kelihatan modis. Jadi walaupun mengenakan busana muslimah, kaum perempuan diharapkan tetap tampil cantik dan menarik perhatian orang yang melihatnya. Menurut saya, ini sangat bertentangan dengan maksud awal penggunaan busana muslimah yang diharapkan akan menjaga mata dan syahwat kaum lelaki.

Pembaca sekalian, kembali ke masalah kemasan. Jika kita coba telaah lebih lanjut, sebenarnya 'kemasan' yang dibuat dalam ajaran Islam tidak hanya berupa kemasan fisik/jasmani dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat. Namun, lebih luas dari itu, kita juga dituntut untuk menutup hati dan segala perilaku kita dari hal-hal yang tidak baik, tentunya dengan berpegang pada Al Quran dan Sunnah.

Semoga kita mampu menjaga aurat dan hati kita dari hal-hal yang tidak baik, yang akan merugikan diri kita dan lingkungan di sekitar kita, serta menjerumuskan kita ke dalam neraka di hari akhir nanti.

Salam,

Redaksi