Cerita Rakyat Si Pitung dari Jakarta


Cerita rakyat yang berjudul Si Pitung ini bisa dikatakan sangat terkenal tidak hanya di daerah asalnya yaitu Jakarta tapi juga di berbagai daerah. Sebab si Pitung adalah merupakan salah satu cerita Indonesia yang pernah di tayangkan di televisi menjadikan banyak masyarakat di berbagai daerah yang mengetahui cerita rakyat ini. Untuk lebih jelasnya kita akan menyimak cerita rakyat Si Pitung dari Jakarta.

Di daerah Betawi Jakarta pada masa dulu hiduplah seorang pemuda yang bernama si Pitung. Setiap hari setelah usai mengaji kepada Haji Naipin, si Pitung berlatih silat. Di kampung tersebut si Pitung terkenal jago silat dan kebal terhadap senjata tajam. Suatu hari sahabat si Pitung yang bernama Rais dan Jii datang menemuinya. Mereka mengajak si Pitung untuk melihat sebuah keluarga yang disiksa antek-antek Belanda. Si Pitung dan kedua temannyapun mendatangi keluarga tersebut, dari balik pohon mereka melihat kekejaman Belanda menyiksa keluarga pribumi yang tidak berdaya itu. Kemarahan si Pitung meluap bersama kedua temannya si Pitung mengatur strategi untuk menghancurkan Belanda.

Rencana si Pitung adalah merampok para tuan tanah, tauke, dan kompeni yang hidupnya bergelimang harta sementara rakyat semakin menderita. Begitulah, untuk selanjutnya si Pitung yang dibantu kedua temannya mencuri rumah-rumah orang kaya, hasil curian itu kemudian dibagikan kepada rakyat miskin. Caranya adalah setelah berhasil mencuri mereka meletakkan barang hasil curian di depan rumah rakyat miskin. Hasil curian yang mereka dapat bisa berupa barang berharga, pakaian, beras, binatang ternak dan lain sebagainya. Rakyat sangat senang menerima pemberian barang curian itu, mereka mengetahui bahwa yang mencuri rumah-rumah orang kaya adalah si Pitung bersama kedua temannya. Namun, ketika para tuan tanah, tauke bahkan antek Belanda menanyakan kepada penduduk tentang keberadaan si Pitung, rakyat tidak mau memberitahu letak persembunyiannya. Mereka sama-sama melindungi si Pitung agar tidak tertangkap oleh Belanda.

Hal ini menimbulkan kemarahan Belanda dan para orang-orang kaya yang hartanya sering di rampok oleh si Pitung. Pada suatu hari antek Belanda memaksa warga untuk memberitahu tempat persembunyian si Pitung. Warga yang bungkam mendapat siksaan berupa cambuk atau di tempat Belanda. Rakyat yang ketakutan akhirnya memberi tahu di mana tempat kediaman keluarga si Pitung dan memberitahu kelemahan si Pitung yang kebal terhadap benda tajam dan juga peluru. Kemudian Belanda menuju rumah kediaman keluarga si Pitung dan menyandera orang tua serta haji Naipin, guru si Pitung. Mereka di siksa hingga hampir mati.

Pada suatu malam ketika si Pitung dan kedua temannya mencuri rumah salah satu orang kaya di kampung tersebut, mereka di sergap oleh Belanda. Si Pitung di kepung dan di suruh menyerah sebab Belanda sudah mengetahui rahasia kekebalan si Pitung. Melihat hal ini si Pitung tidak menyerah, dia dan kedua temannya melawan Belanda ketika itulah Belanda melempari si Pitung dengan telur busuk. Si Pitung yang di serang telur busuk menjadi kewalahan sebab kelemahannya adalah telur busuk, si Pitung lalu di tembak Belanda dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Oleh warga Betawi si Pitung di sebut pahlawan bagi orang-orang miskin.