SBY : Kenaikan Harga Menjelang Lebaran, Maklumi Saja

Lumajang - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih mentolerir kenaikan harga bahan makanan saat Ramadan hingga Lebaran. "Kenaikan itu setahun sekali. Kalau naiknya sedikit, biarlah petani kita setahun sekali mendapatkan rejeki lebih," kata  SBY usai menjalankan salat Tarawih di Pendapa Kabupaten Lumajang, Jawa Timur Selasa malam, 30 Juli 2013.

Presiden yang sempat berbuka puasa bersama ratusan warga di pendapa kabupaten merasa heran jika ada beberapa orang berteriak-teriak agar pemerintah menurunkan harga pangan serendah-rendahnya. "Serendah-rendahnya itu berapa, petani kita yang kepanasan dan kehujanan bagaimana kalau merugi," kata Kepala Negara.

"Untuk harga itu yang penting petani kita, peternak kita dan nelayan kita mendapatkan keuntungan yang layak tetapi sekaligus harga barang ini bisa dibeli oleh saudara kita yang lain," kata SBY.

Dia mencontohkan, untuk harga daging sapi antara Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu, petani atau peternak masih memperoleh keuntungan. Tetapi kalau harganya jatuh Rp 30 ribu atau misalnya Rp 40 ribu, menurut SBY, mereka akan menangis. Sedangkan jika harganya melonjak menjadi Rp 100 ribu atau Rp 130 ribu, yang lain tidak bisa membeli.

Karena itu yang dilakukan pemerintah adalah berusaha menstabilkan harga. "Menstabilkan harga menuju harga yang pas, baik bagi peternak dan kita semua," kata dia.


Menurut Presiden, kebijakan pemerintah dalam tahun-tahun mendatang adalah meningkatkan industri peternakan sapi di dalam negeri. Tujuannya agar masyarakat mandiri dan petaninya untung. "Kekurangnya baru kita beli," kata SBY.


Saat ini, ujar SBY, meskipun semua sapi dikumpulkan, kebutuhan negara masih kurang. "Dan kita harus pandai bagaimana menutup kekurangan dengan perdagangan yang tepat," ujar SBY

SBY mengaku juga mengikuti perkembangan harga beras, gula pasir, minyak goreng curah yang relatif stabil. Menurut dia yang naik saat ini adalah harga cabe dan bawang. Sedangkan wortel, kentang sayuran relatif stabil. Indonesia bahkan pengekspor sayur.


Bawangpun kalau  tidak ada masalah dengan cuaca, pasti juga akan diekspor. "Tetapi kadang kadang banjir dan hujan, itu tidak bagus," katanya.


Presiden meminta masalah ekspor dan impor itu tidak dipandang menyeramkan. Sebab di seluruh dunia, ekspor dan impor itu sudah biasa. "Yang penting bagi Indonesia, pemerintah terus menerus berupaya untuk menuju swasembada pangan," kata dia. ***


Liputan6 SCTV
Foto : net