Tes CPNS di Riau Asal-asalan


Sebuah kritikan bagi pelaksanaan tes CPNS di Riau mulai muncul. Pelaksanaan tes tertulis seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Minggu (3/11) kemarin, dinilai banyak peserta seleksi CPNS sebagai tes formalitas belaka. Tes yang dilaksanakan terkesan asal-asalan belaka, seolah tidak penting dan ini menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti tes tidak berarti.

Salah satu alasan mengapa tes dikatakan asal-asalan adalah adanya peserta yang sudah lulus sebelum tes dilaksanakan. Artinya, kuat dugaan ada perbuatan melawan hukum di balik semua itu berupa suap menyuap, nepotisme, kolusi dan korupsi. Menurut seorang peserta seleksi di Kabupaten Rokan Hilir untuk perawat yang minta namanya tidak disebutkan, menyebutkan, untuk perawat di Rokan Hilir yang akan diterima hanya 12 orang, sedangkan yang ikut tes ada 2.100 orang.

"Saat dilakukan tes, sebanyak 1.000 peserta mengikuti tes dalam satu ruangan. Setelah waktu habis, setiap peserta yang telah selesai disilahkan meninggalkan lembar jawaban, sehingga kami tidak tahu pasti apakah lembar jawaban itu diambil atau dibiarkan begitu saja," ungkap peserta ini.

Masih menurut peserta tersebut, melihat dari kelakuan panitia yang demikian, menunjukkan seolah tes yang dilaksanakan hanya serimonial belaka, seolah sudah ada yang lulus sebelum dilakukan tes. "Atas kondisi ini saya pesimis untuk lulus, kecuali Allah SWT mengizinkan nama saya tetap lulus. Selain saingan yang banyak, saya juga sangat khawatir dengan suap menyuap yang begitu kental terasa. Setelah tes selesai, banyak kawan-kawan yang menanyakan berapa membayar dan kepada siapa membayar. Ada kawan yang sediakan uang lebih dari Rp 100 juta untuk bisa lulus," lanjut peserta tersebut.

Sementara itu, peserta lainnya yang mengikuti tes K2 di Pelalawan dan minta namanya tidak disebutkan, bau suap menyuap juga tercium dalam proses seleksi CPNS di Pelalawan, namun pemberian uangnya tidak di awal, melainkan setelah lulus. "Ada yang menawarkan akan membantu dengan meminta sejumlah uang yang sampai Rp 100 juta lebih. Namun, uang diberikan tidak di awal, melainkan setelah lulus, sehingga uang tersebut seolah-olah bukan untuk suap, melainkan seperti ucapan terima kasih. Saya juga ditawarkan Rp 100 juta, namun saya tidak punya uang, saya menyerahkannya kepada Allah SWT saja," ungkap peserta tersebut.